bagaimana warga di angkasa
bisa mengapungkan diri di langit tinggi?
Bukankah di atas sana
tiada tali untuk dibuat pautan,
tiada penyanggah untuk dijadikan sandaran?
Pun, dengan kemampuan anugerah Ilahi ini,
burung masih terpaksa memenuhi tuntutan hidupnya
dengan meninggalkan sarang pada setiap permulaan hari
bersama tembolok kosong, meredah dingin pagi,
membelah awan-gemawan,
bagi mendapatkan, sekadar sesuap rezeki.
Sabar dan cekalnya, ditundingi Rasul Junjungan,
agar manusia meneladani tawakkalnya si unggas,
yang tidak pernah putus harap dari rahmat Tuhan.
"Perumpamaan bagi orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti labah-labah yang membuat rumah. Dan sesungguhnya, rumah yang paling lemah adalah rumah labah-labah, kalau engkau mengetahui" - Al- Ankabut : 41.
Ya, labah-labah,
makhluk Allah yang pernah berbakti kepada Rasulullah,
melalui jalinan rumahnya, di muka pintu gua Thur.
Ditampilkan Allah sebagai bandingan
buat insan-insan yang bertawasulkan
wang ringgit sebagai matlamat hidup,
ilmu dan fikiran sebagai penjamin masa depan,
paras dan bakat sebagai cagaran rezeki,
pangkat, kekuatan, kuasa dan pengaruh
sebagai kayu ukuran,
meletakkan nikmat lahiriyah sebagai sumber
kebahagiaan dan keselamatan.
Agar mereka sedar,
bagaimana rapuhnya rumah si ankabut,
begitu jugalah reputnya kepalsuan duniawi
untuk dijadikan sandaran hidup.
Seterusnya, renungkanlah pula
bagaimana Allah meletakkan
sindiran dan pengajaran pada lautan,
padanya terhimpun titisan-titisan air,
membentuk gelombang besar mengalun zikir.
Ia bersiap sadia mematuhi arahan Khliqnya.
Bukankah air yang memusnahkan
kaum Nabi Nuh yang enggan beriman?
Dan menelan Firaun bersama bala tenteranya,
si angkuh yang mengaku dirinya Tuhan?
Pada gunung-ganang, yang pernah digunakan
buat menghancurkan kaum Aad dan Tsamud,
menjungkir-balikkan warga Soddom dan Madyan,
dengan bidasan :
bagaimana Allah meletakkan
sindiran dan pengajaran pada lautan,
padanya terhimpun titisan-titisan air,
membentuk gelombang besar mengalun zikir.
Ia bersiap sadia mematuhi arahan Khliqnya.
Bukankah air yang memusnahkan
kaum Nabi Nuh yang enggan beriman?
Dan menelan Firaun bersama bala tenteranya,
si angkuh yang mengaku dirinya Tuhan?
Pada gunung-ganang, yang pernah digunakan
buat menghancurkan kaum Aad dan Tsamud,
menjungkir-balikkan warga Soddom dan Madyan,
dengan bidasan :
Ya, mereka makhluk yang
tidak pernah dikurniakan Allah akal fikiran,
namun tiap saat hayatnya,
sentiasa bertasbih dan bertahmid
jua beribadah melakukan kebaktian.
Rela mati disaat lalai daripada Ilahi.
Malah tika ditawarkan
amanah mentdbir dunia seisinya,
mereka merintih,
"Kemi tidak sanggup ya Tuhan...
kami tidak sanggup ya Tuhan..."
Bukankah, sehebat manapun rasa penghambaan
matinya unggas, ankabut, malah segala haiwan
atau hancurnya pohon dan gunung-ganang,
tidak akan diberi-Nya apa-apa ganjaran.
Ditampilkan Allah sebagai sindiran,
buat renungan makhluknya yang bernama...
MANUSIA...
Manusia...
Yang cenderung mengikut telunjuk nafsu
dari menahan diri demi keredhaan Tuhan,
yang rakus terhadap kenikmatan duniawi
dari menderit pada jalan Ilahi,
yang sering di bari peringatan
ditempelak di dalam Al Quran,
namun masih enggan mengerti
malahan, selalu penyimpang dari kebenaran.
Matinya tidak akan mengakhiri segala-galanya
dia pasti terpaksa memilih antara dua:
Syurga atau Neraka.
RENUNGILAH...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan